Thursday, April 09, 2009

Remaja adalah ...

Kiriman dari seorang teman (thanks ya CC) tentang anak-anaknya yang mulai remaja. Sudah diadaptasi supaya lebih pas buat kita para orangtua. Baca ya…

Remaja adalah ….

Seseorang yang hanya sanggup menghabiskan waktu 10 menit untuk belajar matematika, tapi mampu bertahan lebih dari 10 jam untuk belajar tentang wajahnya

Seseorang yang bisa main komputer tanpa perlu diajarin, tapi tidak tahu cara merapihkan tempat tidur

Seseorang yang ribut terus dengan urusan berat badan, tapi sarapan pagi dengan coklat silver queen

Seseorang yang lupa buang sampah,tapi tidak pernah lupa nomor telpon temannya

Seseorang yang bisa dengar lagunya Chris Brown, Tpain, Beyonce dari jarak jauh sekali, tapi tidak dengar orangtuanya memanggil dari kamar sebelahnya.

Seseorang yang sangat tahu kapan liburan sekolah dan segala sesuatu yang membuat dia tidak perlu sekolah.

Seseorang yang sangat antusias dan penuh energi untuk main sama teman, tapi sering merasa terlalu lelah untuk belajar dan membereskan kamar.

Seseorang yang sering telat untuk makan, tapi selalu tepat waktu kalau janjian sama pacarnya

Seseorang yang hanya kenal 2 jenis musik : Loud and Very Loud

Tambahan :

Seseorang yang sering lupa dengan PR dan tugas sekolah, tapi bisa ingat syair lagu-lagu yang lagi hits.

Wednesday, April 08, 2009

Celoteh Anak

Ini adalah beberapa penggalan percakapan saya dengan beberapa anak-anak, termasuk di dalamnya anak saya sendiri. Mudah-mudahan anak Anda tidak ikutan dalam percakapan ini. Saya banyak belajar dari percakapan ini. Mudah-mudahan Anda juga.


Ingat : O untuk Orangtua ,dan A untuk Anak.

A : Pa, kenapa aku nggak bisa terbang ?

O : (dengan gaya senyum yakin) Karena kamu nggak punya sayap

Anak diam sebentar…Lalu tanya lagi.

A : Pa, kenapa aku nggak punya sayap ??

O : *&!##%$

O : Nak, coba kamu duduk yang manis. Nanti bisa diberhentiin pak Polisi

A : Mana ? Mana polisinya ? (pertanyaan ini diajukan terus sepanjang Pondok Kelapa ke BSD, sampai akhirnya polisinya ada)

O : Nah itu dia polisinya.

A : Ah aku nggak mau polisi yang pakai baju coklat itu, aku maunya yang bajunya orange

O : *&!##%$

A : lihat ini aku gambar Mama, Papa dan aku (gambar tidak berbentuk jelas)

O : Coba lihat. Lho gambar mu sendiri kok nggak ada kepalanya ?

A : Iya..kepalanya lagi copot…eh kok bisa ngomong ya sekarang ….

O : *&!##%$

A : Papa, kenapa di film-film itu orang kalau mau ML mesti masuk ke bawah selimut ?

O : *&!##%$

A : Pa, aku mau sekolah

O : (mode bangga on) wah bagus sekali nak

A : tapi aku mau sekolah di sekolah yang ada saljunya

O : *&!##%$

A : (Habis berbuat kesalahan) Ma, aku jangan dimarahin ya

O : (masih marah) Kenapa ?!

A : kasihan kan akunya kalau dimarahin terus

O : *&!##%$

A : (lagi buat PR) Pa, apa sih contoh-contoh disiplin di rumah ?

O : membawa piring ke dapur sehabis makan

A : Nggak ah..Papa nggak begitu…yang masukkin mbak

O : *&!##%$

Kalau Anda punya percakapan lain, silahkan tuliskan ya
Ini akan sangat menghibur

Bener dech

Memonitor Anak Yuk !

Ini kisah tentang seorang anak yang namanya sebut saja Martin. Duduk di kelas 2 SMP dan tergolong murid yang prestasi akademiknya sedang-sedang saja. Kedua orangtua Martin sibuk luar biasa. Keluarga ini tinggal di pinggiran kota Jakarta. Hal ini membuat kedua orangtua Martin harus berangkat pagi-pagi benar untuk tiba di kantor tepat waktu dan sampai rumah cukup larut karena harus menempuh macet berjam-jam di Jakarta.

Kondisi ini membuat mereka tidak dapat mendampingi anak secara maksimal. Akhirnya memang Martin kadang merasa seperti berjuang sendirian. Menggeluti persoalannya dengan pelajaran, relasinya dengan teman, bahkan dengan perkembangan emosinya. Masih untung Martin anak yang baik dan bisa dinasehati. Sehingga tidak berkembang menjadi persoalan yang parah. Namun orangtuanya berkeyakinan jika mereka dapat mendampingi, Martin akan berkembang secara lebih baik.

Dengan tidak bermaksud menghakimi, beberapa di antara kita pasti sangat familiar pada kisah di atas. Mungkin kita sendiri adalah pelakunya. Mungkin kita pernah lihat juga teman, adik, kaka, atau saudara sendiri kita yang mengalami hal itu. Harus diakui menjadi orangtua jaman sekarang memang tidak mudah (sebenarnya sejak jaman dulu juga nggak mudah ya..). Tuntutan ekonomi yang tinggi (biaya makan, sekolah, transportasi, dsb) membuat mau tidak mau kedua orangtua harus bekerja. Lokasi perumahan yang makin ke pinggir kota membuat waktu tempuh untuk tiba di kantor menjadi lama. Belum lagi stamina yang habis untuk menerjang kemacetan. Tuntutan di pekerjaan juga semakin tinggi. Seluruh kompetensi dicurahkan untuk menghasilkan kinerja terbaik. Dan layaknya orangtua manapun, mereka tetap menginginkan anaknya menjadi yang terbaik. Mungkinkah kita penuhi semua tuntutan itu ?

Mari kita coba menempatkan diri pada posisi anak-anak kita. Ada beberapa di antara anak kita mengalami tekanan dari kelompok mainnya di sekolah atau di rumah untuk melakukan sesuatu yang tidak disukai. Anak-anak sekarang juga sangat terekspos dengan berbagai godaan di televisi (iklan konsumsi, tayangan aneh-aneh,, dsb). Belum lagi kalau kita bicara godaan di internet. Wah nggak gampang lho jadi anak sekarang.

Dengan semua kondisi ini, maka banyak orangtua yang memutuskan (dengan terpaksa saya kira) untuk melakukan monitoring dari jarak jauh terhadap anak. Monitoring dianggap salah satu solusi terbaik, meskipun juga bukan urusan yang mudah. Ada yang berhasil, ada juga yang tetap berjuang.

Sebenarnya apa sih monitoring itu ?
Ada yang mengatakan bahwa monitoring means establishing firm guidelines and limits for your child to keep track of what is going on in their social world. Kalau kita memperhatikan kata establishing ini, maka jelas bahwa untuk membangun hasil monitoring yang baik dibutuhkan banyak investasi (waktu, tenaga, emosi, dsb). Ini jelas bukan sebuah proses yang instant.

Kapan saat yang tepat untuk melakukan monitoring ?
Upayakan untuk membangun komunikasi sejak dini. Proses monitoring sebenarnya melibatkan banyak aktivitas komunikasi interpersonal. Misalnya bagaimana kita bisa mendapat informasi tentang anak kita, tanpa anak merasa diinterogasi. Ini membutuhkan proses yang panjang untuk bisa sampai pada sebuah kondisi mampu saling memahami cara komunikasi masing-masing pihak. Misalnya : anak tahu kalau ibu bertanya dengan nada tertentu, itu bukan marah, tapi memang ingin tahu. Ibu tahu kalau anak menampilkan ekspresi wajah tertentu, maksudnya apa, dsb. Dengan saling memahami hal ini, maka monitoring bisa berjalan lebih mulus.

Apa saja yang perlu dimonitor dari anak ?
Dari wawancara dengan beberapa orang tua, dikemukakan ada 4 sektor yang biasa diperhatikan oleh para orangtua. Pertama adalah pergaulan sosial. Apa yang dilakukan sepulang dari sekolah bersama teman-temannya, kemana mereka pergi, apa yang dilihat, suka lagu apa, gimana liriknya, suka film apa, dsb. Salah pergaulan bisa membawa risiko besar

Berikutnya adalah urusan belajar si anak. Apakah PR atau project sudah selesai dikerjakan, apakah materi pelajaran sudah dimengerti, apakah ada tugas khusus yang harus disiapkan (misal harus bawa peralatan rotring 0,3 mm, penggaris busur, cairan kimia, dsb), bagaimana aktivitasnya di ekstrakurikuler, bagaimana intrakurikulernya, dsb.

Selanjutnya adalah monitoring terhadap penggunaan internet. Harus diakui bahwa internet memang menyediakan banyak sekali informasi dan tawaran-tawaran yang sangat menggiurkan. Banyak orangtua yang ingin tahu anaknya browsing situs apa saja, apakah anak kita kebanyakan main game on line, chatting dengan siapa dan sebagainya. Hal lain juga menjadi sasaran monitoring orangtua adalah terkait masalah kesehatan anak. Apakah dia cukup makan, cukup tidur, sehat atau tidak, dsb.

Bagaimana cara monitoring ?
Selalu update diri Anda dengan berbagai perkembangan terkini. Jika anak ikutan FB, jangan sampai kita sebagai orangtua justru tidak punya alamat email. Berusahalah menjadi seperti teman dengan anak dalam proses komunikasi anak-orangtua (nada suara, jenis pertanyaan, penyampaian alasan, posisi psikologis, dsb). Berikut ini adalah beberapa tips untuk monitoring pergaulan sosial anak :
o Plan
Sedapat mungkin membicarakan rencana esok hari bersama anak. Tetap fleksibel untuk perubahan, dengan syarat dilaporkan
o Detail
Tanyakan tentang rencana kegiatan anak secara lebih detail (mau kemana, mau ngapain, dengan siapa, kapan jam berapa, kapan akan pulang, dsb). Gunakan prinsip reward and punishment di sini.
o Contact
Lakukan kontak secara wajar dengan anak. Jika kebetulan memberi HP pada anak, buat aturan : dinyalakan di luar jam sekolah, balas segera sms yang masuk dari kita.
o Acknowledge
Kenali siapa saja teman-teman dekatnya, siapa orangtuanya, ajak teman anak main ke rumah (ajak terlibat dalam acara di rumah, dsb). Pengenalan dapat dilakukan jika kita jemput sedikit lebih awal, untuk lihat pergaulan teman-teman anak kita.

Untuk membantu memonitor belajar anak mudah-mudahan tips berikut bisa membantu :
- Biasakan menelpon setiap hari dari kantor untuk ngobrol dgn anak dan menanyakan hal-hal terkait pelajaran
- Buat jadwal bersama yang disepakati anak dan orangtua (jam berapa belajar, jam berapa main, jam berapa tidur, dsb)
- Gunakan pendekatan target dan reward. Misal : hari ini PR Inggris untuk tugas reading assignment harus selesai jam 6.45, setelah itu baru boleh nonton acara ekstravaganza. dengan bintang tamu Mr Bean.
- Koordinasi dengan pengasuh atau siapapun yang ada di rumah, dan minta anak untuk mengikuti petunjuk pengasuh.

Jangan lupa, bahwa sebagai orangtuapun kita perlu juga bersedia untuk dimonitor oleh anak kita. Be there when they need us. Selamat memonitor.