Beberapa siswa pernah mengeluh pada saya bahwa mereka sering merasa mengantuk di kelas. Sudah cuci mukapun masih tetap mengantuk. Ada juga yang kelihatannya memperhatikan penjelasan guru, menatap wajah guru, tapi setelah selesai pelajaran tidak ingat sedikitpun tentang penjelasan guru. Kenapa hal ini bisa terjadi ? Bagaimana mengatasinya ?
Ada beberapa kemungkinan tentang hal ini. Salah satunya adalah posisi tubuh selama di kelas. Tahukah Anda bahwa antara tubuh dan pikiran ternyata saling berhubungan ? Misalnya saja pada waktu tubuh kita mengambil posisi leyeh-leyeh (seperti putri duyung) maka secara tidak sadar kita mengirim signal ke otak kita untuk istirahat juga. Akibatnya kita akan segera merasa mengantuk dan otak akan shut-down sehingga tidak heran kalau kita pada akhirnya tidak mengerti isi pelajaran yang baru saja disampaikan. Mengingat adanya mind and body connection inilah maka di dalam kelas-kelas quantum learning, sikap tubuh selama berada di kelas menjadi hal yang betul-betul diperhatikan oleh pengajar maupun siswa. Lalu bagaimana sikap tubuh ideal di dalam kelas ?
Quantum Learning memperkenalkan sebuah cara yang dapat disingkat dengan kata TEGAP (Tegak, Eksplorasi, Gaul dengan guru, Anggukan kepala, Posisi condong).
Tegak
Usahakan posisi tubuh Anda tegak, tidak bersandar pada kursi. Juga kaki tidak diselonjorkan. Dengan mengambil posisi seperti ini, tubuh Anda mengatakan pada otak untuk berjaga (alert), sehingga tidak akan mengantuk.Jika ada meja, letakkan tangan Anda di meja. Wajah menatap kepada pengajar.
Eksplorasi
Salah satu hal yang bisa membuat Anda tetap fokus pada pelajaran adalah dengan mengajukan pertanyaan. Jika ada yang membingungkan dari penjelasan pengajar, silahkan angkat tangan Anda dan minta penjelasan. Beberapa orang bahkan menggunakan teknik bertanya ini untuk menghindari ngantuk karena tidak adanya variasi dari pengajar. Tentu saja Anda tidak disarankan terlalu sering bertanya karena bisa mengganggu jalannya pelajaran.
Gaul dengan guru
Relasi dengan guru tidak hanya dibangun di kelas. Di luar kelas pun Anda dapat menanyakan hal-hal yang belum Anda pahami dari pelajaran yang. Untuk itu murid-murid disarankan untuk mau bergaul dengan guru, dalam arti mau melakukan tanya jawab dengan guru di luar kelas. Hal ini bukan berarti anda cari-muka dari guru. Seringkali guru tidak cukup punya waktu untuk menerangkan secara detail isi dari sebuah pelajaran, karena batasan waktu mengajar di sekolah. Anda bisa mencari kejelasan di lain waktu.
Anggukan kepala
Pada waktu Anda menyimak penjelasan guru, jangan lupa untuk menganggukan kepala sekali-sekali.Hal ini akan membuat guru termotivasi karena mendapat respons yang positif dari anak didiknya. Selain itu dengan melakukan anggukan kepala, Anda juga mengatakan kepada tubuh Anda mengatakan kepada otak Anda bahwa Anda mengerti penjelasan yang diberikan.
Posisi condong
Pada waktu Anda duduk di kursi, setelah badan Anda dalam posisi tegak, maka Anda disarankan untuk membuat badan Anda dalam posisi agak condong ke depan. Jadi tidak sekedar tegak, tapi condong ke arah depan. Hal ini akan membuat tubuh mengirim sinyal ke otak bahwa Anda sedang ingin menyimak penjelasan, dan butuh konsentrasi. Akibatnya otak akan waspada dan membantu Anda untuk menyimak penjelasan guru.
TEGAP sudah diterapkan oleh ribuan murid-murid yang pernah mendapat pengajaran Quantum Learning dan mereka mengatakan memang perbedaannya banyak sekali. Jika Anda ingin berhasil mempertahankan konsentrasi di kelas, maka teknik TEGAP ini layak untuk dicoba.
Selamat mencoba.
Tuesday, September 08, 2009
Keuntungan Tuan Rumah
Pernah lihat pertandingan olahraga antara tim tuan rumah melawan tim tandang ?
Saya beberapa kali menyaksikan pertandingan seperti itu. Misalnya waktu pertandingan bulutangkis Thomas Cup di Jakarta antara Indonesia melawan China. Atau pertandingan sepakbola MU di Old Trafford antara MU melawan Chelsea. Entah mengapa, biasanya tim tuan rumah merasa lebih percaya diri dan lebih sering menang di kandang sendiri daripada tim tandang.
Tim tuan rumah umumnya mendapat dukungan yang luar biasa dari penontonnya. Dukungan diperoleh dari sejumlah tradisi-tradisi yang memang dikembangkan. Misalnya dengan nyanyian, suara tepukan, teriakan, dsb. Pemain tim tuan rumah juga lebih mengenali setiap titik di lapangan bertandingnya. Mereka tahu area mana yang jelek, ubin mana yang pecah, rumput mana yang gundul, dsb. Hal ini membuat mereka merasa lebih aman waktu bertanding, apalagi karena bermain di area sendiri.
Jadi secara umum bisa disimpulkan bahwa jika sebuah tim berada di kandangnya sendiri, maka performance mereka umumnya akan lebih baik. Mereka akan lebih percaya diri dan kans untuk menang menjadi lebih besar. Hal ini yang kemudian dikenal dengan istilah Keuntungan Tuan Rumah (Homecourt Advantage).
Dari pengamatan ini, kita bisa menemukan beberapa insight menarik yang bisa kita bawa ke dalam ruang belajar kita. Bayangkan jika peserta didik datang ke kelas kita bertingkah laku seperti tim tandang. Mereka merasa tidak nyaman dengan kelasnya, tidak mendapat dukungan, tidak merasa aman, dsb. Dalam kondisi ini tentu saja performance mereka dalam belajar tidak akan optimal.
Tapi bayangkan jika para peserta didik kita merasa seperti berada di rumahnya sendiri. Mereka akan bertingkah laku seperti tim tuan rumah. Mereka merasa mendapat dukungan, merasa aman, dan merasa menjadi anggota yang diterima di kelasnya. Dengan kondisi seperti ini, maka mereka akan dapat menampilkan performancenya dalam belajar secara optimal.
Sebagai pengajar, sudah menjadi kewajiban kita semua untuk menciptakan suasana yang bisa membuat para peserta didik merasa di rumahnya sendiri. Dengan demikian, para peserta didik akan memperoleh sejumlah keuntungan dari situasi ini. Beberapa cara yang disarankan dalam quantum teaching misalnya : membangun tradisi-tradisi di kelas untuk membuat peserta merasa diterima di kelasnya (muncul sense of belonging), gunakan kata-kata positif yang mendukung dan tidak menyalahkan peserta didik. Ingat bahwa kesalahan adalah awal dari proses belajar. Selain itu, pengajar juga perlu menciptakan suasana aman (secara fisik dan psikologis) bagi peserta didik, sehingga mereka tidak memiliki kecemasan dalam belajar. Dengan demikian, diharapkan mereka bisa belajar secara optimal.
Bagaimana dengan Anda sendiri. Apa yang akan Anda lakukan untuk menumbuhkan perasaan berada di rumah sendiri bagi para peserta didik Anda ?
(PEL/BH)
Saya beberapa kali menyaksikan pertandingan seperti itu. Misalnya waktu pertandingan bulutangkis Thomas Cup di Jakarta antara Indonesia melawan China. Atau pertandingan sepakbola MU di Old Trafford antara MU melawan Chelsea. Entah mengapa, biasanya tim tuan rumah merasa lebih percaya diri dan lebih sering menang di kandang sendiri daripada tim tandang.
Tim tuan rumah umumnya mendapat dukungan yang luar biasa dari penontonnya. Dukungan diperoleh dari sejumlah tradisi-tradisi yang memang dikembangkan. Misalnya dengan nyanyian, suara tepukan, teriakan, dsb. Pemain tim tuan rumah juga lebih mengenali setiap titik di lapangan bertandingnya. Mereka tahu area mana yang jelek, ubin mana yang pecah, rumput mana yang gundul, dsb. Hal ini membuat mereka merasa lebih aman waktu bertanding, apalagi karena bermain di area sendiri.
Jadi secara umum bisa disimpulkan bahwa jika sebuah tim berada di kandangnya sendiri, maka performance mereka umumnya akan lebih baik. Mereka akan lebih percaya diri dan kans untuk menang menjadi lebih besar. Hal ini yang kemudian dikenal dengan istilah Keuntungan Tuan Rumah (Homecourt Advantage).
Dari pengamatan ini, kita bisa menemukan beberapa insight menarik yang bisa kita bawa ke dalam ruang belajar kita. Bayangkan jika peserta didik datang ke kelas kita bertingkah laku seperti tim tandang. Mereka merasa tidak nyaman dengan kelasnya, tidak mendapat dukungan, tidak merasa aman, dsb. Dalam kondisi ini tentu saja performance mereka dalam belajar tidak akan optimal.
Tapi bayangkan jika para peserta didik kita merasa seperti berada di rumahnya sendiri. Mereka akan bertingkah laku seperti tim tuan rumah. Mereka merasa mendapat dukungan, merasa aman, dan merasa menjadi anggota yang diterima di kelasnya. Dengan kondisi seperti ini, maka mereka akan dapat menampilkan performancenya dalam belajar secara optimal.
Sebagai pengajar, sudah menjadi kewajiban kita semua untuk menciptakan suasana yang bisa membuat para peserta didik merasa di rumahnya sendiri. Dengan demikian, para peserta didik akan memperoleh sejumlah keuntungan dari situasi ini. Beberapa cara yang disarankan dalam quantum teaching misalnya : membangun tradisi-tradisi di kelas untuk membuat peserta merasa diterima di kelasnya (muncul sense of belonging), gunakan kata-kata positif yang mendukung dan tidak menyalahkan peserta didik. Ingat bahwa kesalahan adalah awal dari proses belajar. Selain itu, pengajar juga perlu menciptakan suasana aman (secara fisik dan psikologis) bagi peserta didik, sehingga mereka tidak memiliki kecemasan dalam belajar. Dengan demikian, diharapkan mereka bisa belajar secara optimal.
Bagaimana dengan Anda sendiri. Apa yang akan Anda lakukan untuk menumbuhkan perasaan berada di rumah sendiri bagi para peserta didik Anda ?
(PEL/BH)
Subscribe to:
Posts (Atom)